20120302

Buggy Car , Mobil Esemka dari Bandung


 Tak mau ketinggalan tren mobil nasional, siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Bandung mengumumkan telah membuat lima mobil rakitan sendiri. Berbeda dengan SMK di Surakarta, pelajar Bandung ini membuat buggy car. Komponen lokal mobil pantai dan off-road itu mencapai 75 persen.

Karya pelajar sekolah di Jalan Solontongan, Bandung, itu kini dilirik pejabat daerah setelah mobil Esemka di Surakarta naik daun. “Rencananya Pak Wali Kota atau Wakilnya mau datang ke sekolah melihat proses pembuatannya,” kata Kepala SMKN 8 Bandung Dedi Indrayana kepada Tempo, Kamis, 5 Januari 2012.

Mobil yang dinamai buggy car ABCD alias Anak Bandung Cinta Damai itu berkapasitas 1.500 cc dengan empat silinder dan punya lima jenis kecepatan. Mesin yang cukup besar itu berasal dari mesin bekas mobil Toyota Vios. Sekolah mengimpornya dari Singapura seharga Rp 18 juta per unit. “Di sini dapat mesinnya susah karena mobilnya masih banyak dipakai,” kata Dedi.

Lebar mobil tanpa kaca ini sekitar 1,5 meter dengan panjang 3,5 meter. Hasil modifikasi sekolah mengubah mesin dari penggerak roda depan menjadi penggerak roda belakang. Menurut Dedi, barang impor pada mobil itu hanya mesin. Selebihnya memakai bahan lokal yang dirakit sendiri oleh siswa. “Kalau mesin sekitar 25 persen dari mobil, 75 persennya komponen lokal,” kata dia.

Gagasan pembuatan buggy car berasal dari para guru, alumnus, kepala sekolah, serta orang tua siswa pada 2009. Rangka mobil purwarupanya sempat memakai pipa bekas. Proses awal makan waktu agak lama, sehingga mobil baru jadi setelah enam bulan bulan. Itu karena mencari pola dan desain mobil yang cocok dan sesuai dengan standar. “Sengaja tidak membuat mobil umum agar karya siswa tidak menabrak regulasi (mobil) yang ada,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Wahyudin Zarkasi mengatakan sekolah-sekolah menengah kejuruan di Jawa Barat sudah sanggup merakit berbagai kendaraan. Selain buggy car, SMKN 3 di Kabupaten Kuningan juga telah berhasil membuat purwarupa angkutan kota dan telah bekerja sama untuk pemakaiannya dengan koperasi angkutan kota setempat. Adapun SMKN 12 Bandung sanggup merakit pesawat J430 buatan Australia.

Soal kemungkinan tumbuhnya industri angkutan dari sekolah-sekoleh kejuruan di Indonesia, kata Wahyudin, diperkirakan bakal sulit. Selain perlu ratusan insinyur untuk sebuah industri, regulasi yang berlaku juga menjadi ganjalan berat. Ia berharap industri kendaraan darat dan udara itu dibuka oleh perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara.

Sumber daya dan kemampuannya, ujar Wahyudin, bisa berasal dari lulusan SMK yang kini telah banyak dilamar industri otomotif dalam negeri. “Sekarang jangan bilang karya anak SMK itu nggak layak, tapi harus dibantu,” katanya. Sumber: www.tempo.co

MS Hidayat : Esemka Picu Lahirnya Mobil Nasional

Jakarta - Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengapresiasi mobil Esemka hasil karya siswa SMK 2 dan SMK Warga Surakarta, Solo, Jawa Tengah. Mobil rakitan anak bangsa itu menjadi pemicu untuk menghasilkan mobil nasional.
Menurutnya, ini refleksi keinginan bangsa melahirkan mobil nasional. "Di Orde Baru kan gagal, saya tidak ingin yang ini gagal," kata Hidayat di Istana Negara, Jakarta, Kamis 5 Januari 2012.

Hidayat lantas bercerita, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah berpesan kepadanya untuk melahirkan mobil nasional semasa ia menjabat sebagai Menteri Perindustrian. Kementeriannya telah membuat beberapa prototipe yang disebut low price green car. Ini adalah mobil niaga untuk pedesaan dan petani, yang prototipe dan ketangguhan mesinnya sudah jadi, dan sekarang sedang dalam tahap uji coba kelayakan. "Beberapa teman swasta bikin namanya Gea, Tawon, dan sebagainya," ujar Hidayat.

Untuk mewujudkan pembuatan mobil nasional tentu membutuhkan industri pendukung berupa industri komponen penunjang, seperti bengkel, purnajual, outlet, dan lain sebagainya. Nah, kata Hidayat, secara teknologi sudah dinilai baik dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan, sehingga bisa turun ke jalan. "Nanti Menteri Perindustrian akan menyopir mobil itu sebagai simbol ini bisa dilakukan," ujarnya.

Tapi untuk meningkatkan industri mobil nasional ini tentu saja bakal butuh kapital yang cukup besar karena padat karya, padat modal, dan padat teknologi. Hidayat menambahkan, Indonesia sudah punya pengalaman 30 tahun di perakitan, jadi industri motor sudah waktunya dilahirkan. Apalagi saat ini produksi kandungan dalam negeri sudah mencapai 80-85 persen.
Bekas Ketua Kadin ini juga menyatakan dukungannya kepada Wali Kota Surakarta Joko Widodo yang menjadikan mobil Esemka sebagai mobil dinas. Soalnya tindakan Jokowi mendukung lahirnya industri mobil nasional. (Sumber: id.berita.yahoo.com)

Pemerintah Diminta Dukung Esemka


Jokowi memang optimistis Esemka bakal bisa segera diproduksi dan bisa menjadi mobil nasional. Namun pemerintah diingatkan untuk tidak mengeluarkan kebijakan kontraproduktif yang akan membunuh industri mobil nasional itu.
Hal itu diingatkan oleh Roy Suryo dalam sebuah diskusi bersama Jokowi dan Kepala SMK 2 Solo, Susanta, yang digelar di Wisma Antara, Sabtu (25/2) sore. Roy mengingatkan hal itu karena ada indikasi beberapa pihak mengeluarkan pernyataan seperti itu. “Misalnya ada yang bilang kalau mobil Esemka ini sebaiknya hanya untuk praktik siswa saja, ini pernyataan yang salah,” kata Roy.
Menurut Roy, selama ini pemerintah Indonesia selalu memiliki pandangan berbeda-beda tentang program mobnas. Misalnya proyek mobil Timor yang mirip dengan proses yang terjadi di Proton Malaysia. Sayangnya, Proton memiliki rekanan yang lebih jujur dan benar-benar terjadi alih teknologi. Sedangkan Timor tidak berkembang karena hanya mengikuti produksi yang dilakukan di Korea saja.
“Sementara Perkasa benar-benar layak jadi mobnas. Tapi pada saat itu Perkasa malah dihajar dengan kebijakan program truk bekas. Ini yang jangan sampai terjadi lagi.”
Kini Indonesia punya kesempatan untuk memulai program mobnas melalui Esemka. Roy sendiri mengajak masyarakat agar memantau komisi V DPR RI yang berencana membuat Panitia Kerja Mobil Nasional.
Dia juga menyayangkan adanya pernyataan bahwa mesin Esemka adalah buatan China. Ini adalah kabar yang menyesatkan mengingat blok mesin Esemka saat ini dibuat oleh usaha cor logam di Ceper dan Purbalingga.
“Jika sampai izin ini keluar, maka sudah tidak perlu lagi Panja. Makanya saya berharap Komisi V tidak masuk angin,” sindir Roy.
Optimistis
Sementara itu Jokowi kembali menegaskan bahwa produksi Esemka tidak butuh modal yang muluk-muluk. Dengan sumber daya dan peralatan yang ada di Solo Techno Park saat ini, dibutuhkan suntikan modal sebesar Rp40 juta. “Jadi bukan triliunan sudah jadi lah. Makanya kami berharap pemerintah pusat mau memberi suntikan dana,” kata Jokowi.
Namun jika tidak ada dukungan dari pemerintah pusat, Jokowi sudah menyiapkan alternatif. Pihaknya akan menerima investor yang calonnya saat ini sudah ada tiga pihak, satu koperasi dan dua investor lokal.
Produksi tetap akan dilakukan terbatas maksimal 200-300 unit perbulan. Sementara untuk layanan purna jual, rencananya baru akan dibuka di kawasan Soloraya. Soal keraguan terhadap kelanjutan program ini sebagaimana program mobnas sebelumnya, Jokowi menyatakan sudah menyiapkan sistemnya, yaitu PT Esemka dan Solo Techno Park. “Jadi ini bukan tergantung pada saya lagi.”
Jokowi memang sangat optimistis izin segera keluar setelah uji emisi dilakukan. Selama ini dari 11 kriteria keluarnya izin, hanya satu yang belum terpenuhi yaitu uji emisi.”Saya sangat optimis pemerintah mendukung karena saya sudah dengar suaranya.”(Sumber: www.harianjogja.com)

Hanya Butuh Dua Pekan Penyempurnaan Esemka Untuk UJI Emisi Ulang


Walikota Solo, Joko Widodo dan Wakil Walikota, FX Hadi Rudyatmo tetap yakin dan percaya mobil Esemka akan lulus uji emisi berikutnya yang dijadwalkan kembali dalam waktu dekat ini. Menurut keduanya, hanya butuh waktu maksimal dua pekan untuk melakukan penyempurnaan pada saluran gas buang.
Hal tersebut disampaikan Jokowi dan Rudy secara terpisah kepada wartawan di Balaikota, Jumat (2/3/2012). Jokowi bahkan menegaskan tidak perlu ada pengujian oleh lembaga penguji independen untuk mencari second opinion atau pandangan alternatif.
“Kami tetap percaya dengan hasil kemarin. Itu kan hanya perlu perbaikan sedikit, diperbaiki catalytic converter-nya. Saya kira dua pekan lagi mestinya sudah selesai perbaikannya dan bisa diberangkatkan lagi untuk uji emisi,” ujar Jokowi.
Ditanya apa ada upaya mendatangkan teknisi atau mekanik ahli dari luar, Jokowi mengatakan saat ini sudah ada supervisi dari orang Jerman. Namun orang itu bukan dari pabrikan otomotif seperti yang dijanjikan sebelumnya oleh perwakilan Kedutaan Besar RI di Berlin yang datang ke Solo beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Wawali, Rudy bahkan lebih optimistis lagi perbaikan itu tidak akan makan waktu sampai dua pekan. “Wong itu tinggal memperbaiki klepnya, lalu voltase lampunya ditambah juga beres kok. Bahkan converter pun sepertinya tidak perlu. Tidak sampai dua pekan pasti sudah beres,” katanya.
Selanjutnya, Rudy mengaku hanya berharap pemerintah pusat bersedia melakukan pendampingan dalam setiap proses yang harus dijalani mobil Esemka. Rudy pun mengatakan seandainya uji berikutnya gagal lagi, pihaknya tidak akan berhenti berjuang sampai benar-benar lulus. “Tapi untuk selanjutnya mestinya yang lebih aktif bergerak adalah dari PT SMK (Solo Manufaktur Kreasi-red). Kami kan sudah membukakan jalan dan melakukan pendampingan,” kata Rudy.(Sumber: www.harianjogja.com)

UMS Siap Jadi Tim Pendamping Esemka


Universitas Muhammadiyah Surakarta siap menjadi tim pendamping untuk memperbaiki mobil Esemka agar lolos uji emisi, jika ditunjuk Pemkot Solo.
Kesediaan itu disampaikan salah satu dosen Fakultas Teknik UMS yang juga menjadi ketua tim riset Mobnas dari UMS, Bambang Waluyo ST MT. “Sampai sekarang saya belum tahu apakah UMS ditunjuk sebagai tim pendamping atau tidak. Tapi jika nantinya ditunjuk, UMS pasti bersedia,” jelasnya saat dihubungi Solopos.com, Jumat (2/3/2012).
Menurutnya penyebab tidak lolosnya Esemka pada uji emisi, mudah untuk diperbaiki. “Kekurangan itu tidak sulit diperbaiki,” ujarnya.(Sumber: www.harianjogja.com)

Jimly Asshiddiqie Tetap Menanti Esemka, Meski BelumLolos Uji Emisi


Jakarta:Meski Esemka tak lulus uji emisi, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie, mengaku tetap menginginkan Esemka. "Ngadat-ngadat sedikit gak apa-apa lah," katanya ketika dihubungi Tempo, Kamis 1 Maret 2012.

Menurut Jimly, Esemka tak perlu berkecil hati dan terus berusaha memperbaiki apa yang kurang. "Dukungan masyarakat Indonesia itu sangat besar, sayang kalau satu kali gagal lantas berenti mencoba," kata Jimly.

Pada Januari lalu, Jimly memesan satu mobil Esemka. Walaupun kini Esemka belum bisa mendapatkan Sertifikat Uji Tipe, ia mengaku masih menanti-nati pesanan mobilnya. "Kalau pesenan saya sudah ada, saya mau bayar walau belum lolos uji coba."

Baginya, membeli Esemka bukan hanya sekedar membeli barang saja. "Ini bentuk penghargaan terhadap karya anak bangsa," katanya.

Adanya Esemka menurut Jimly adalah momen penting yang harus dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan gairah produksi dalam negeri. Pejabat pemerintah harus turut serta dalam kampanye penggunaan produk dalam negeri. "Jangan terlalu teknis lah," kata dia.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan, belum bisa mengeluarkan Sertifikat Uji Tipe Kiat Esemka. Pasalnya, emisi kendaraan andalan Wali Kota Surakarta tersebut di atas ambang batas.

Hasil perolehan emisi Esemka, yakni kandungan karbon monoksida sebesar 11,63 gram/kilometer, dan HC+NOx sebesar 2,69 gram/kilometer. Standarnya, kandungan karbon monoksida hanya lima gram/kilometer, HC+NOx 0,70 gram/kilometer.(Sumber: www.tempo.co)

Meskipun Gagal lolos Uji Emisi, Jokowi tetap semangat Memperjuangan Mobil Esemka


Mobil Esemka dipastikan tidak lolos uji emisi. Pasca kegagalan itu, Wali Kota Surakarta Joko Widodo merasa sendiri. Dia merasa tidak mendapat dukungan dari mereka yang semestinya mendukung. Namun dia menolak menjelaskan lebih jauh tentang hal itu.

"Ya sudah terasa. Dan memang rasanya sendirian," kata Joko Widodo atau Jokowi kepada wartawan, Kamis, 1 Maret 2012.

Menurut Jokowi, gagalnya Esemka dalam uji emisi berimbas pada hilangnya momentum. Sebab saat ini pemesannya sudah banyak. "Masyarakat sudah semangat seperti ini, ternyata tidak lolos uji emisi," ujarnya.

Meskipun gagal lolos uji emisi, dia mengaku tetap semangat dan tetap maju memperjuangan mobil Esemka. "Akan diperbaiki dan diulang lagi uji emisinya," katanya. Dia mengaku akan sesegera mungkin membawa Esemka untuk uji emisi.

Seperti diketahui, Kementerian Perhubungan menyatakan mobil nasional Esemka tidak lulus uji emisi. Berdasarkan data hasil pengujian di Balai Termodinamika Mesin Propulsi Serpong pada Senin, 7 Februari 2012, Esemka belum memenuhi standar Kementerian Lingkungan Hidup. “Belum memenuhi ambang batas emisi gas buang," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan, di Jakarta.

Gagalnya uji emisi Esemka, menurut Kementerian Perhubungan, akibat gas buang CO Esemka masih tinggi. Emisi CO Esemka mencapai 11,63 gram per kilometer dan HC + NOX 2,69 gram per kilometer. Padahal standar Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2009, ambang batas untuk kendaraan bermotor tipe baru adalah CO 5 gram per kilometer dan HC + NOX 0,70 gram per kilometer.

Bambang S. Ervan mengatakan telah mengirim surat pemberitahuan kepada pemohon pada Rabu 29 Februari 2012. "Kami tidak mengumumkan ke media karena tugas kami menyampaikan langsung ke pemohon," katanya. Meski pengujian kali ini tidak lulus, Bambang menambahkan, Esemka masih bisa menjalani uji emisi lagi. "Uji emisi itu bisa dilakukan berulang-ulang dan tidak ada batasan," ujarnya.

Seorang yang berperan membidani lahirnya Esemka, Sukiat, mengaku terkejut oleh hasil uji emisi ini. Dia yakin kualitas mesin mobil Esemka tidak kalah dibanding mobil kelas low-end dari pabrikan terkenal. "Saya tahu betul seperti apa mesin Esemka," kata Sukiat. Dia yakin seharusnya mobil itu bisa lulus dalam uji emisi(sumber:
www.tempo.co)